Wednesday, July 25, 2012

[Short Story] The Woman With A Pitted Face by Ratih Kumala


This time I would like to introduce and promote Indonesian literature in the Short Stories on Wednesdays. What embarrasses me is that I’ve just found this site: I-Lit: IndonesianLiterature in Translation from a non-Indonesian blogger. I did not even know that such a project exists, until now. Anyway, this is a project to promote Indonesian literature by translating it to English. You can find many short stories (and you can read it directly on the site) written by young female Indonesian authors. The tag line is “Not Chick-Lit! Writing by Younger Indonesian Women Writers”.

For my first reading, I pick a short story from Ratih Kumala, as I have recently read one of her novels, a historical fiction, that I found very enjoyable.

The story is about a poor woman with a disfigured face (a pitted face) who was rejected by her parents since her birth, as well as by everybody in the kampong (small village). Not only ugly, she was also mute and appeared to be idiot too. I’d rather think that in fact the girl was quite normal in spite of her pitted face, however as nobody has ever treated her as a human (taught her to be civilized), she became mute and idiot. Anyway, everything run quite well for the pitted face girl until someday, a group of school boy threw pebbles to her out of nothing, just because she was ugly and never talked or responded to them. The girl took a big stone and threw it to the children, and one of them got a wound from it. The mother of the wounded boy got angry and insisted that the idiot girl should be chained “because she didn’t even resemble a human being”.

That was such an absurd thing that I could never understand. Haven’t we all been taught about not doing something that you don’t want others do to you since we were kids? I really want to shout out to that stupid mother: it’s your boy who has first thrown the pebbles to the girl, so you must blame him instead of the girl; what do you expect the girl to do against that insult? If she didn’t do anything, the boys would insult her more!

Anyway, that incident caused the pitted face girl to be chained in a small hut since that day. Years went by, she became a woman, and still no one cared about her. She was rejected, captured and alone. Her only friend now was the moon, who always shone her with its light, no matter who she was and how she looked. Only the moon who always came for her, the one to whom she could talk every night.

Actually the story is very simple (and short), written in narrative style, no dialog, no conflict, and without any major character besides the woman with a pitted face; however I found it quite deep to be reflected. I like how Ratih put the ending:

She approaches the pool of water, a dirty pool of water, mixed with dust. There is a shadow there. She smiles-and finds the moon’s face in it. Then she falls asleep and has no need to wake up again because her friend is with her.”

It is beautiful to picture God in the moon. God who loves men no matter how they are, and who treats them all equally. How absurd it is that men can’t love each other while they are together in the same pilgrimage on earth. Why must men treated others badly just because they are not like us? Isn’t it enough that a woman was born with ugly face, that we must insult her too?

I was moved by this story, and when I feel alone and desperate, I’ll need only to see the moon, for there I will see God, and know that I will never be alone in this world…

Four stars for this story!




And I encourage you to read some of the literatures in I-Lit, you will find there short stories, poetry, as well as monologue. Let’s help Indonesian literature to get access to international readers!

Wednesday, July 18, 2012

[Short Story] Perjalanan Berdarah (Blood Drive) by John Grisham


[Conclusion in English is at the bottom of the pos]

Cerita ini adalah salah satu dari tujuh cerita pendek karya John Grisham yang dikemas dalam buku berjudul “Ford County”. Karena ini adalah pertama kalinya Grisham menulis dalam bentuk cerita pendek, tentu saja Ford County menjadi ‘wajib baca’ bagi fans John Grisham sepertiku. Dan kali ini pertama kalinya pula bagiku untuk mengulas cerita pendek secara terpisah (bukan review buku kumpulan ceritanya secara utuh). Mengapa? Karena menurutku cara terbaik untuk menikmati kumpulan cerpen seperti ini—yang memiliki tema berbeda meski masih dalam satu topik—adalah membaca masing-masing cerpen seolah-olah mereka berdiri sendiri [baca: tidak membacanya secara simultan]. Jadi nantinya aku akan menerbitkan ulasan ke-7 cerpen secara terpisah, dan pada akhirnya aku akan tetap mereview buku ini sebagai sebuah kumpulan cerita-cerita menarik tentang Ford County, sebuah kota kecil di negara bagian Mississippi. Baiklah, sekarang aku akan mengulas cerita pertama: Perjalanan Berdarah, yang diterjemahkan dari judul aslinya: Blood Drive.

Seperti halnya yang sering terjadi di pedesaan di mana penduduknya saling mengenal akrab, demikian juga yang terjadi di Box Hill, sebuah desa di Ford County. Ketika Bailey—seorang putra daerah mereka—mendapatkan kecelakaan tertimpa perancah di sebuah lokasi konstruksi di Memphis, seluruh desa menjadi gempar. Pertama, berita kejadian itu menjadi simpang siur, dan karenanya tak ada seorang pun yang memiliki data yang akurat tentang kejadian sebenarnya.

Kedua, setelah pihak Rumah Sakit yang merawat Bailey mengabarkan bahwa si pemuda membutuhkan donor darah, kegemparan berikutnya pun terjadi. Kali ini mereka semua berusaha agar bukan dirinya yang harus berangkat ke Memphis untuk menyumbangkan darahnya, karena—lagi-lagi seperti yang biasa terjadi di pedesaan—mereka membayangkan donor darah sebagai hal yang menakutkan. Namun akhirnya dua pemuda mengajukan diri sebagai pahlawan, yaitu Aggie dan Calvin, ditemani seroang pemuda pemabuk dan pemakai narkoba bernama Robert. Bertiga mereka memulai perjalanan ke Memphis demi menyelamatkan nyawa teman mereka Bailey.

Ternyata di perjalanan banyak sekali rintangan yang menghadang. Mulai dari minuman keras, dikejar polisi, dicurigai pemilik sebuah rumah, salah masuk rumah sakit karena mereka ternyata tak tahu di rumah sakit mana Bailey dirawat (di Memphis ada 7 Rumah Sakit!), hingga yang terparah, hasrat mereka untuk bersenang-senang di stripping club hingga terlibat perkelahian missal di sana. Padahal di sebuah tempat tidur di sebuah rumah sakit entah di mana, si malang Bailey mungkin sedang membutuhkan pertolongan mereka….

Aku melihat kisah ini sebagai sebuah absurditas. Ingin rasanya aku berteriak pada penduduk Box Hill dan ketiga pemuda yang berangkat untuk menyumbangkan darah: ‘Cepatlah..cepatlah! ni masalah genting, tahu!’. Lebih jengkel lagi aku pada Aggie, Calvin dan Robert yang dengan gampangnya mengesampingkan urusan yang amat serius hanya gara-gara mereka menginginkan kesenangan! Dari sini sedikit banyak aku belajar bahwa sangat-sangat-sangat sulit untuk berkorban bagi orang lain. Aggie dan Calvin paling tidak sudah memiliki niat baik untuk pergi menyumbangkan darah (meski mau tak mau aku berpikir, apakah niat mereka murni untuk menolong, ataukah hanya agar dianggap sebagai pahlawan)? Dan kalaupun niat sudah ada (dan ingat, dari sekian banyak penduduk hanya Aggie dan Calvin yang memiliki paling tidak sedikit niat itu), kita masih dihadapkan pada perjalanan panjang untuk mengeksekusi niat baik kita. Dan di sini kita membutuhkan persistensi dan fokus pada apa yang kita niatkan. Dua hal yang tak dimiliki Aggie maupun Calvin; mereka berdua mengumpat Robert si pembuat onar, padahal mereka sendiri juga sama bersalahnya.

Hal kedua yang menarik adalah benang merah yang juga menjadi bagian dari judul kisah ini, yaitu “darah”. Menarik bahwa elemen darah menjadi titik pusat kisah ini. Bailey membutuhkan donor darah. Tiga orang berniat menyumbangkan darah. Pada akhirnya merekalah (terutama Aggie dan Calvin) yang berdarah-darah. Ketika uang mereka habis, apa yang ingin mereka lakukan? Menjual.. darah! Tak heran bila John Grisham memberi judul kisah ini ‘Perjalanan Berdarah’. Adakah anda merasakan paradox di sini? Jadi dapat kita golongkan sebagai apa kisah ini? Paradox yang absurd? Hmm….

Untung saja kisah ini ditulis oleh John Grisham, yang memang terbukti sebagai seorang pencerita yang hebat, sebab sesuatu yang sebenarnya sering kita alami (baca: kehebohan yang tak perlu sehingga mengabaikan hal yang penting, niat baik yang pupus karena godaan) mampu dianyam menjadi kisah yang cukup seru oleh Grisham. Tiga bintang aku hadiahkan untuk kisah ini, semoga aku akan menemukan kisah-kisah lain yang lebih “dalam” dari Perjalanan Berdarah ini.

Conclusion:

This story is in: Ford County, John Grisham’s first stories collection. It’s about three young men from a small village in Ford County who volunteered to donate their blood for a wounded friend called Bailey in Memphis. One of them (the bad boy, we can say) is a drunkard, and during the journey has been poisoning the two other with both dozen cans of beer and talking about stripping clubs they ought to visit. With all the distraction, it was obvious that the journey would soon become a disaster, and they would hardly come in time for rescuing the wounded friend with their blood.

I see this story as an absurdity. How could the three young men pleased themselves with beer and women, while their friend might have been dying in need of blood donor? And the most absurd here is that instead of giving their blood to rescue life, it was THEIR blood that must be shed in the end.

Yes, this story is an absurdity, yet Grisham has written it beautifully, that I can’t stop reading to get to know the ending.

Monday, July 2, 2012

Mid-Year Reading Challenges Update


Tak terasa kita sudah menapaki bulan Juli, itu artinya setengah perjalanan tahun 2012 telah kita lalui. Sekarang tiba saatnya ‘bersih-bersih’ rumah, alias melihat kembali apa saja yang sudah aku selesaikan, dan apa yang masih harus kulakukan di paruh kedua tahun ini. Meski blog ini sudah lama tak ku-update, bukan berarti aku meninggalkan kegiatan membaca buku, hanya saja akhir-akhir ini aku lebih banyak fokus ke bacaan klasik (reviewnya terbit di blog Fanda Classiclit), dan historical fiction (review bisa dilihat di Fanda Historical Fiction). Sementara itu, mari melihat bagaimana performaku dalam (banyak) reading challenge yang kuikuti tahun ini…

What’s In A Name 5

Sejauh ini challenge ini yang tantangannya paling besar karena tugasnya adalah membaca buku dengan tema yang telah ditentukan, dan tentu saja butuh kreatifitas untuk dapat menyelesaikannya.

Sejauh ini aku baru menyelesaikan 2 dari 6 buku yang harus kubaca. Untungnya, aku sudah mendapatkan buku-buku yang sesuai tema, dan tinggal memasukkan jadwal baca di semester 2 ini. Pencapaianku bisa dilihat di sini. Buku-buku yang masih harus dibaca:
  • Notes from Underground – Fyodor Dostoyevsky
  • Pesawat Pos Selatan – Antoine de Saint-Exupery
  • The Scarlet Letter – Nathaniel Hawthorne
  • Twenty Years After – Alexandre Dumas


Victorian Challenge 2012

Untung saja tahun ini challenge ini bersamaan waktunya dengan A Victorian Celebration yang juga aku ikuti selama Juni & Juli, sehingga secara otomatis buku-buku yang harus aku baca dapat digunakan untuk mengikuti keduanya. Dari jumlah 10 buku/film yang aku masukkan, tinggal 1 buku dan 1 film yang masih belum terselesaikan J. Pencapaianku selama ini bisa dicek disini. Sebenarnya aku sudah menonton film A Christmas Carol untuk challenge ini, hanya belum sempat mereview saja, sedang buku yang masih harus kubaca:
  • The Jungle Book – Rudyard Kipling


Historical Fiction Challenge 2012

Sepertinya ini challenge paling ambisius yang kuikuti tahun ini. Membaca 15 historical fiction selama setahun. Dan kalau anda mengintip di pencapaianku, ternyata aku telah berhasil menuntaskan 9 di antaranya. 6 buku lagi yang masih harus aku baca:
  • The Help – Kathryn Stockett
  • Anthony and Cleopatra – Colleen McCullough [belum terbit terjemahannya, semoga terbit tahun ini, tapi kalaupun tidak, aku akan switch ke judul lain]
  • Pompeii – Robert Harris
  • World Without End – Ken Follett  [belum terbit terjemahannya, semoga terbit tahun ini, tapi kalaupun tidak, aku akan switch ke judul lain]
  • Vivaldi’s Virgin – Barbara Quick
  • Empress Wu – Shan Sa


Back to the Classics Challenge

Menurut pencapaianku untuk challenge ini, dari 9 buku yang dibaca sesuai tema, aku sudah menamatklan 7 buku. 2 buku lagi yang harus kubaca sebelum akhir tahun:
  • Gone With The Wind – Margaret Micthell
  • Lord of the Flies – William Golding


Book In English Reading Challenge 2012

Dan reading challenge yang di-host oleh Melisa ini kayaknya menjadi ‘the lightest challenge so far’. Tahun ini aku benar-bernar memacu diriku untuk membaca buku-buku berbahasa Inggris, dan sepertinya semakin lama aku jadi semakin terbiasa dengan bahasa Inggris. Maka dengan bangga kulaporkan J bahwa aku telah berhasil membaca 7 dari 12 buku. Karena aku harus membaca 1 buku per bulan untuk menaklukkan challenge ini, maka tugasku tinggal membaca 5 buku dalam 6 bulan, lumayan santai kan? J. Buku-buku yang sudah kubaca ada disini, sedang yang masih ada di tumpukan adalah:
  • The Old Curiosity Shop – Charles Dickens [sedang kubaca saat ini]
  • Anna Karenina – Leo Tolstoy
  • Lord of the Flies – William Golding
  • Gone With the Wind – Margaret Mitchell
  • Vivaldi’s Virgin – Barbara Quick


European Reading Challenge

Terakhir…reading challenge yang agak curang! :P Bukan hostnya yang curang, tapi pesertanya, alias aku J. Aku mengikuti challenge ini setelah berjalan beberapa bulan, dan sebenarnya saat aku ikut, aku tinggal membaca 1 buku saja untuk menggenapi 6 buku yang kurencanakan. Jadi…dengan (tidak) bangga aku mengumumkan bahwa sejauh ini hanya challenge inilah yang sepenuhnya telah berhasil aku selesaikan!! Detilnya ada disini. [motto: biar curang asal selesai J).

Goodreads Reading Challenge

Untuk yang ini, sudah jelas terlihat di sini bahwa aku suda menghabiskan 34 buku dari target 60 buku yang aku masukkan. Great work, you're 5 books (7%) ahead, horeee! Artinya, kurang 27 buku lagi, aku akan menyentuh touchdown! J

Jadi…setelah dihitung-hitung, aku masih harus menghabiskan 27 buku selama semester kedua tahun 2012 ini (karena semua buku tentu saja masuk ke target GR). Semangattt!! Eh, tapi bagaimana dengan challenge yang aku host sendiri? Post-nya akan menyusul yaa!